JAKARTA, infonewsnusantara. net
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat 131 kasus gangguan ginjal akut misterius di 14 provinsi. Sempat muncul dugaan kaitan dengan SARS CoV 2 atau virus penyebab COVID-19, tetapi belakangan sejumlah pasien yang diidentifikasi dinyatakan negatif COVID-19.
"Tentu saja ini menimbulkan kewaspadaan untuk kita semua, karena kasus ginjal akut ini sebabnya juga mirip dengan hepatitis akut. Puncaknya juga tampaknya pada September lalu dan Oktober ini relatif menurun," ujar Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam konferensi pers, Selasa (11/10/2022).
Gangguan ginjal akut misterius ini juga ditandai dengan intensitas buang air kecil anak yang berkurang. Normalnya, menurut dr Piprim, urine anak yang keluar dalam satu hari sekitar 240 cc atau satu botol air minum.
"Monitor berapa jumlah urine. Gampangnya 10 cc per jam kalau BB 10 kilogram, sehari 240 cc kurang lebih begitu," terang dia.
Meski begitu, dr Piprim mengimbau masyarakat untuk tidak panik, melainkan mewaspadai gejala yang mungkin muncul. Terutama saat masalah urine dibarengi dengan gejala infeksi pernapasan dan diare.
Pihak IDAI disebut selalu melakukan komunikasi dengan Kementerian Kesehatan RI.
Dalam kesempatan terpisah, dokter spesialis anak Henny Adriani mewanti-wanti jika gangguan ginjal akut misterius membuat anak mengalami perburukan lebih cepat. Menurutnya, orangtua harus curiga ketika anak buang air kecil kurang dari lima hingga enam kali sehari.
"Kalau lebih sedikit, maka kita harus berpikir," tutur dr Henny di agenda daring Youtube IDAI. Ia menekankan, normalnya anak perlu buang air kecil tiga hingga empat jam sekali.
Berikut gejala lain yang perlu diwaspadai selain intensitas buang air kecil, Demam, Diare, Muntah, Gejala saluran napas batuk dan pilek. (mat)
FOLLOW THE Infonews Nusantara AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Infonews Nusantara on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram